Jumat, 18 Agustus 2017

OLAHRAGA DALAM BUDAYA WANITA TIMUR


            Olahraga adalah contoh hubungan sosiologis manusia. Olahraga dapat menghimpun orang untuk berkumpul. Disana akan ada interaksi antar sesama. Selayaknya olahraga juga dapat dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat, tidak memandang umur, jenis kelamin, ras maupun agama. Tanpa ada batasan untuk berolahraga.
            Indonesia adalah bangsa timur yang sangat menjunjung tradisi. Stratifikasi jender sangat terasa di kalangan timur. Contohnya adalah superior pria terhadap wanita. Dalam konstruksi budaya jawa, wanita yang baik adalah wanita yang lemah lembut, halus, bisa merawat diri dan tidak melakukan “pekerjaan” laki-laki. Jika menentang hal tersebut maka si wanita dikatakan ora wangun.
            Sementara itu olahraga berkembang sebagai arena kompetitif, keras dan adu fisik. Hal ini dikonstruksi oleh nilai yang dimiliki laki-laki. Sikap maskulin sangat dominan dalam ruang olahraga. Bahkan hal ini sampai pada performa dalam olahraga. Seseorang yang melakukan  gerakan (tendang, smas dan lain sebagainya) salah, maka akan disebut “perempuan”, tetapi jika benar akan di sebut gerakan  “laki-laki”.
            Paradigma kemaskulian olahraga sangat melekat dalam budaya wanita timur. Keengganan seorang wanita untuk bergelut dalam bidang olahraga bukan karena tanpa alasan. Banyak persepsi yang berkembang, diantaranya adalah olahraga dapat memperbesar otot, menghitamkan kulit sampai pada anggapan bahwa perempuan yang berolahraga tidak akan menarik perhatian lawan jenis. Wanita yang bergelut pada bidang olahraga, dianggap aneh oleh lingkungannya. Tidak pantas seorang wanita menekuni olahraga.
Jika saja ada wanita yang memilih bergelut dalam olahraga, banyak yang memilih olahraga yang mencirikan kehalusan, lemah gemulai dan tidak memerlukan tempat yang luas. Atau wanita sebagai pelaku ke sampingan dalam olahraga, misal cheerleader dalam basket, pembawa papan ronde dalam tinju atau caddy dalam golf. Jarang yang merasa percaya diri untuk melakukan olahraga invasi.
Sudah selayaknya olahraga juga menjadi bagian dari kehidupan wanita. Untuk sekarang ini sudah tidak menjadi jamannya lagi membuat batasan antara laki-laki dengan perempuan. Bergelut dalam dunia olahraga bukan hanya untuk kaum laki-laki saja. Paradigma masyarakat juga perlu dirubah. Mencoba melihat lebih jauh tentang wanita dalam olahraga. Wanita tentu dapat melakukan apa yang dilakukan laki-laki walau tidak sempurna.


S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar